Bagi yang tumbuh di lingkungan Muslim, sarung merupakan salah satu busana yang biasa digunakan untuk kegiatan beribadah. Bahkan, di beberapa kalangan masyarakat, fungsi sarung tidak hanya digunakan untuk kegiatan beribadah, tetapi digunakan untuk acara adat, bersantai, bahkan acara sakral dalam pernikahan.

Ya, sarung memang memiliki keistimewaan bagi masyarakat Indonesia. Terlebih untuk kategori sarung tenun yang memiliki kemewahan dan keunikannya tersendiri, yang biasanya dinilai dari beberapa komponen seperti mutu bahan, pola, kaya motif, tata warna, serta komponen lainnya.

Salah satu sarung tenun buatan tangan pengrajin dalam negeri yakni  Sarung BHS. Sejak tahun 1953 sarung BHS telah berpengalaman memproduksi sarung premium. Bahkan kualitas sarung lokal ini pun telah diakui kualitasnya tak hanya di pasar nasional, namun sampai pasar internasional.

Salah satu strategi BHS dalam menggarap pasar yaitu dengan meluncurkan beberapa kelas sarung, seperti Masterpiece, Signature, Royal, Excellent dan Classic. Dari kelima kelas ini, terbagi lagi dalam proses teknik pembuatannya. Teknis produksinya pun dibedakan, ada yang menggunakan teknik tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dan ada yang ditenun dengan perpaduan seni dan teknologi modern.

Adapun Sarung BHS yang ditenun tangan (ATBM) adalah Sarung BHS kelas Masterpiece, Signature dan Royal. Motif sarung dihasilkan dari kombinasi bahan Premium Cotton Mercerized, serta tumpal letter BHS mendatar dengan benang songketan, menghasilkan motif yang unik dan membentuk pola berulang dalam sebuah sarung.

Yang membuat kelas Masterpiece berbeda dari Signature yaitu motifnya yang eksklusif dan terbatas. Salah satu contoh motifnya adalah Songket Gunung Agung. Untuk motif Masterpiece yang tidak kalah menariknya adalah Songket Ikat Fantasi, Songket Gunung Exclusive, dan Songket Gunung Fantasi.

Untuk kelas Siganture sendiri memiliki motif Songket Ikat Nusantara dan Songket Gunung Crepe. Sedangkan, untuk kelas Royal memiliki motif Songket Gunung, Songket Eksklusif, Ikat Timbul Gambiran dan motif lainnya. Motif-motif ini tentunya terlihat elegan, eksklusif dengan warna-warna yang solid dan  istimewa.

Haikal Bahasuan, Direktur Marketing PT Behaestex menjelaskan, beberapa kelas produk Sarung BHS juga menentukan perbedaan harga hingga tingkat kerumitan motifnya. Waktu produksinya antara satu hingga dua bulan, tergantung tingkat kerumitan motifnya.

“Semakin rumit motifnya, tentu membutuhkan waktu yang relatif yang lebih lama dan butuh keterampilan khusus. Namun, desain motif yang rumit mempunyai daya tarik seninya tersendiri dan menambah nilai dari sarung tersebut,” tutur Haikal.

Sarung BHS yang ditenun dengan karya seni dan perpaduan mesin  teknologi modern adalah Sarung BHS kelas Excellent dan Classic. “Komposisi untuk kelas Excellent menggunakan bahan Cotton Mercerized Blend dan tumpal letter BHS vertikal dengan benang kembangan. Kelas ini hadir dengan berbagai motif di antaranya motif Crepe Songket Ikat, Kawung, Songket dan motif lainnya,” imbuh Haikal.

Sedangkan untuk kelas Classic komposisi bahannya menggunakan Viscose Blend, dan tumpal letter BHS vertical dengan benang kembangan. “Di kelas ini juga hadir berbagai motif di antaranya Songket Crepe Gerimis, Kawung Dobby, Songket, Jacquard Songket dan motif lainnya,” pungkas Haikal.

Berit ini dimuat di https://marketing.co.id/sarung-lokal-yang-mendunia/