Perbedaan pendapat adalah hal yang lumrah dalam kehidupan. Setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan cara berpikir yang tidak sama. Namun, sering kali perbedaan tersebut justru berujung pada perselisihan, saling menyalahkan, atau bahkan merusak hubungan. Padahal, Islam mengajarkan umatnya untuk menjaga akhlak dan tutur kata, terutama saat menghadapi perbedaan.

Berbicara dengan baik ketika berbeda pendapat merupakan tanda kedewasaan, akhlak mulia, dan kecerdasan emosional. Dengan memahami cara menyampaikan pendapat secara santun, kita tidak hanya menjaga hubungan baik, tetapi juga meneladani akhlak Rasulullah ﷺ.

1. Hadirkan Niat Baik Sebelum Berbicara

Sebelum berdiskusi, luruskan niat bahwa yang kita cari adalah kebaikan dan kebenaran, bukan kemenangan atau pengakuan. Niat yang benar akan menciptakan suasana dialog yang lebih tenang dan beradab.

Renungkan sejenak: “Apakah tujuan saya untuk memperbaiki atau hanya ingin dianggap paling benar?”

2. Dengarkan dengan Sungguh-Sungguh

Islam mengajarkan untuk mendengar sebelum berbicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian menunjukkan penghargaan terhadap lawan bicara.

Dalam dialog, jangan memotong pembicaraan atau menyiapkan bantahan saat orang lain masih berbicara. Dengan mendengarkan, kita bisa memahami sudut pandang orang lain dan menyampaikan tanggapan secara lebih bijak.

3. Gunakan Kata-Kata yang Lembut dan Tidak Menyakitkan

Perbedaan pendapat tidak boleh menjadi alasan untuk merendahkan, menghakimi, atau berkata kasar. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl: 125:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.”

Sampaikan pendapat dengan pilihan kata yang santun dan terkontrol. Hindari nada tinggi, sarkasme, dan kalimat yang memicu emosi.

4. Fokus pada Masalah, Bukan Menyerang Pribadi

Kesalahan besar dalam berdiskusi adalah menyerang karakter seseorang, bukan gagasannya. Kritiklah ide atau argumen, bukan pribadi lawan bicara.

Contoh:

✅ “Aku melihat pendapatmu menarik, hanya saja ada sudut pandang lain yang mungkin bisa dipertimbangkan…”
❌ “Pendapatmu itu salah banget! Kamu memang tidak pernah berpikir matang.”

Dengan berfokus pada masalah, diskusi akan tetap sehat dan objektif.

5. Akui Jika Kita Tidak Selalu Benar

Mengakui bahwa kita bisa saja salah adalah bentuk kerendahan hati. Kita tidak selalu memegang kebenaran secara utuh. Terkadang lawan bicara memiliki ilmu dan pengalaman yang lebih relevan.

Jika ternyata pendapat mereka lebih tepat, mengakuilah tanpa gengsi. Ketawadhuan adalah akhlak terpuji dalam Islam.

6. Pilih Waktu dan Tempat yang Tepat untuk Berdiskusi

Tidak semua perbedaan harus dibahas di depan umum, apalagi di media sosial. Jika ingin menegur atau meluruskan, lakukan dengan cara yang intimate dan penuh hikmah, agar tidak melukai hati atau mempermalukan.

Ingatlah adab Rasulullah ﷺ yang selalu memilih cara dan kondisi yang paling menjaga kehormatan seseorang.

7. Jika Diskusi Makin Memanas, Redakan dengan Sikap Dewasa

Saat emosi mulai meningkat, terkadang menghentikan diskusi sementara adalah pilihan terbaik. Berhenti sejenak bukan berarti kalah, tetapi menjaga diri dari ucapan yang bisa menimbulkan penyesalan.

Ucapkan dengan tenang:
“Mari kita bahas lagi nanti saat keadaan lebih tenang ya, agar kita bisa saling memahami.”

Akhlak Lebih Tinggi daripada Menang Argumen

Dalam Islam, kualitas akhlak jauh lebih mulia daripada memenangkan perdebatan. Menjaga lisan saat berbeda pendapat adalah wujud kecerdasan spiritual dan bukti iman yang matang. Ketika kita mampu bersikap lembut, adil, dan bijak, maka perbedaan pendapat justru bisa memperkaya pemahaman, bukan merusak hubungan.

 

Perbedaan bukan ancaman. Dengan adab yang baik, ia menjadi jalan menuju saling memahami, saling menghargai, dan bertumbuh bersama.