Media sosial kini telah menjadi ruang ekspresi yang luas dan tanpa batas. Setiap orang bebas menyuarakan pendapat, membagikan informasi, bahkan menyampaikan kritik. Namun, kebebasan ini sering kali membuat banyak orang lupa menjaga adab dan lisan. Dalam Islam, menjaga lisan adalah prinsip penting yang tidak hanya berlaku dalam percakapan langsung, tetapi juga dalam setiap kata yang ditulis—termasuk di media sosial. Artikel ini akan membahas pentingnya menjaga lisan dalam dunia digital, tantangan yang dihadapi, dan tuntunan Islam dalam menyikapinya.
1. Pentingnya Menjaga Lisan Menurut Islam
a. Lisan Cerminan Hati
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Maknanya jelas: setiap kata yang keluar mencerminkan isi hati dan kualitas iman seseorang.
b. Lisan Bisa Menyelamatkan atau Membinasakan
Dari Mu’adz bin Jabal, Rasulullah ﷺ bersabda:
“Bukankah manusia diseret ke dalam neraka di atas wajah-wajah mereka kecuali karena hasil dari lisan mereka?”
(HR. Tirmidzi)
Ini menunjukkan betapa besar dampak dari lisan, bahkan bisa menentukan nasib akhirat.
2. Lisan Digital: Ucapan yang Terekam
a. Media Sosial = Ruang Lisan Virtual
Status, komentar, cuitan, dan unggahan kita adalah bentuk lisan versi digital. Sekali ditulis, ia bisa menyebar cepat dan bertahan lama.
Contohnya:
-
Menyebar hoaks
-
Fitnah atau ghibah online
-
Komentar kasar di kolom publik
b. Dosa Digital Tak Terlihat, Tapi Berat
Menulis sesuatu yang menyakitkan hati orang lain bisa menimbulkan dosa yang berkelanjutan—bahkan setelah kita hapus, karena jejak digital masih bisa ditemukan dan disebarkan ulang.
3. Kesalahan Umum dalam Bermedia Sosial
a. Menyebarkan Informasi Tanpa Verifikasi
Seringkali kita langsung membagikan berita yang belum jelas kebenarannya.
Solusi:
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian orang fasik membawa suatu berita, maka telitilah (tabayyun)...”
(QS. Al-Hujurat: 6)
b. Ghibah dan Sindiran Online
Mengomentari keburukan seseorang secara terbuka atau menyindir lewat status adalah bentuk ghibah.
Solusi: Jaga etika dan bicara langsung jika ada masalah, bukan diumbar di media.
c. Ujaran Kebencian dan Cacian
Komentar negatif terhadap tokoh, kelompok, atau bahkan teman sering dilakukan karena merasa aman di balik layar.
Solusi: Selalu tanyakan, “Apakah ini bermanfaat dan penuh hikmah?”
4. Tuntunan Islam dalam Menggunakan Lisan di Media Sosial
a. Tulis yang Baik, atau Diam
Gunakan prinsip “qaulan sadīdan” (perkataan yang lurus) dalam setiap unggahan.
QS. Al-Ahzab: 70 — “Berkatalah kamu dengan perkataan yang benar.”
b. Niatkan Sebagai Amal
Gunakan media sosial untuk berbagi ilmu, inspirasi, dakwah, dan kebaikan. Niat baik bisa mengubah aktivitas sederhana menjadi ladang pahala.
c. Hindari Perdebatan yang Tidak Perlu
Rasulullah ﷺ bersabda:
"Aku menjamin sebuah rumah di surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, meskipun dia berada di pihak yang benar."
(HR. Abu Dawud)
5. Tips Praktis Menjaga Lisan di Media Sosial
-
Baca Ulang Sebelum Posting
Tanyakan: Apakah ini benar? Bermanfaat? Menyakiti? -
Hindari Menjadi Sumber Provokasi
Jangan ikut menyebarkan konten yang mengundang permusuhan atau memperkeruh suasana. -
Gunakan Bahasa yang Sopan dan Bijak
Sampaikan kritik dengan santun, dan jangan balas hinaan dengan hinaan. -
Bersihkan Feed dari Akun Negatif
Unfollow akun yang menyebarkan kebencian, fitnah, atau memancing emosi negatif.
Menjaga lisan adalah bagian dari menjaga kehormatan diri dan mencerminkan kualitas keimanan. Di era media sosial, menjaga lisan tak hanya berarti menahan ucapan, tapi juga menyaring setiap tulisan yang kita sebarkan. Mari jadikan media sosial sebagai ladang kebaikan, bukan sumber dosa yang mengalir tanpa kita sadari. Sebab setiap kata, baik lisan maupun tulisan, akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.