Riya adalah penyakit hati yang dapat merusak nilai ibadah seseorang. Ia merupakan sikap melakukan kebaikan demi mendapatkan pujian manusia, bukan karena mengharap ridha Allah. Dalam kehidupan modern yang serba terlihat—mulai dari unggahan media sosial, aktivitas sosial, hingga ibadah yang dipublikasikan—tantangan menjaga keikhlasan semakin besar.
Padahal, amal yang terlihat besar di mata manusia bisa menjadi tidak bernilai di sisi Allah jika tercampuri riya. Artikel ini membahas bagaimana seorang Muslim dapat menghindari riya dalam beribadah dan bersosial.
1. Memahami Hakikat Riya dan Bahayanya
Riya berasal dari kata ru’yah yang berarti “melihat”. Maksudnya, seseorang memperlihatkan ibadah atau kebaikannya agar dilihat orang lain dan mendapatkan pengakuan.
Bahaya riya:
-
Menghapus nilai pahala ibadah.
-
Menjerumuskan pada kesyirikan kecil.
-
Menumbuhkan kesombongan dan ingin dipuji.
-
Merusak hati sehingga sulit merasakan manisnya iman.
Memahami hakikat dan bahayanya menjadi langkah awal agar kita waspada dan tidak terjebak dalam perilaku ini.
2. Meluruskan Niat Sebelum, Saat, dan Setelah Beramal
Keikhlasan bukan sesuatu yang selesai sekali niat. Ia harus dijaga sepanjang proses ibadah maupun kegiatan sosial.
Tips menjaga niat agar tetap lurus:
-
Mulai dengan doa: “Ya Allah, hanya karena-Mu aku melakukan ini.”
-
Evaluasi niat di tengah amalan, apakah ada rasa ingin dipuji.
-
Setelah beramal, sandarkan keberhasilan hanya kepada Allah.
Meluruskan niat secara berulang akan membantu hati tetap terjaga dari penyakit riya.
3. Menyembunyikan Amalan Sunnah Jika Mungkin
Tidak semua kebaikan harus terlihat publik. Menyembunyikan sebagian ibadah dapat menjaga keikhlasan, terutama ibadah sunnah seperti sedekah, shalat malam, puasa sunnah, atau membaca Al-Qur’an.
Beberapa cara menyembunyikan amalan:
-
Bersedekah tanpa nama atau melalui perantara.
-
Menyalurkan bantuan tanpa mempublikasikan penerima atau jumlahnya.
-
Tidak mengumumkan puasa sunnah kepada teman atau keluarga kecuali jika perlu.
Namun, amal yang dilakukan terang-terangan dengan niat memberi contoh juga berpahala, selama bukan untuk pamer.
4. Bijak Menggunakan Media Sosial untuk Kebaikan
Era digital membuat banyak orang tergoda memamerkan ibadah atau kegiatan sosial agar dianggap saleh. Padahal, ini dapat memicu riya atau ujub (bangga diri).
Jika ingin berbagi inspirasi ibadah, gunakan prinsip “niat mendidik, bukan memamerkan”.
Cara bijak berdakwah tanpa riya di media sosial:
-
Fokus pada edukasi, bukan menampilkan diri sebagai aktornya.
-
Sampaikan pesan secara umum tanpa menonjolkan peran pribadi.
-
Hindari unggahan kebaikan yang tidak perlu diketahui publik, seperti jumlah sedekah atau ibadah pribadi.
Tanyakan terlebih dahulu pada diri: “Apakah ini untuk dakwah atau untuk citra?”
5. Mengingat Bahwa Semua Balasan Datang dari Allah, Bukan Manusia
Salah satu cara terkuat menghindari riya adalah menanamkan keyakinan bahwa pujian manusia tidak membawa manfaat, dan hinaan manusia tidak mendatangkan mudarat—selama Allah ridha.
Renungan yang dapat ditanamkan:
-
Manusia cepat lupa, tetapi Allah tidak pernah lupa.
-
Pengakuan manusia bersifat sementara, tetapi pahala Allah kekal selamanya.
-
Lebih baik dinilai rendah oleh manusia namun tinggi di sisi Allah.
Ketika orientasi hati tertuju hanya pada Allah, ucapan atau penilaian manusia tidak lagi menjadi fokus.
6. Bergaul dengan Orang Saleh dan Rendah Hati
Lingkungan sangat mempengaruhi kebersihan hati. Bergaul dengan orang-orang yang ikhlas, tidak suka memuji diri, dan tidak mengagungkan pencitraan akan membantu kita meneladani sifat rendah hati.
Manfaat memiliki lingkungan yang baik:
-
Mengingatkan ketika niat mulai melenceng.
-
Menjadi teladan dalam ikhlas dan sederhana.
-
Membiasakan diri menghargai amal tersembunyi.
Lingkungan yang baik akan memotivasi untuk beramal tanpa harus diketahui orang lain.
7. Banyak Berdoa agar Diberi Keikhlasan
Keikhlasan adalah anugerah Allah. Tidak ada yang mampu menjaga hati dari riya kecuali dengan pertolongan-Nya. Karena itu, berdoalah secara rutin agar dijauhkan dari penyakit riya.
Salah satu doa yang sering dibaca Rasulullah ﷺ:
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari mempersekutukan-Mu dengan sesuatu yang aku ketahui, dan aku memohon ampun atas apa yang tidak aku ketahui.”
Selain itu, memperbanyak istighfar juga akan membersihkan hati dari bisikan pamer.
Menghindari riya dalam beribadah dan bersosial adalah perjuangan hati yang membutuhkan kesadaran, latihan, dan penjagaan niat terus-menerus. Mulailah dengan niat yang benar, sembunyikan sebagian amal, bijak bermedia sosial, dan tanamkan bahwa ridha Allah adalah tujuan utama. Dengan begitu, amal yang kita lakukan tidak hanya tampak baik di mata manusia, tetapi juga bernilai tinggi di sisi Allah.
Keikhlasan adalah kemuliaan hati yang tidak semua orang mampu memilikinya — maka teruslah memohon kepada Allah agar menjadikan kita hamba yang ikhlas dalam setiap langkah.