Hidup di zaman media sosial yang serba pamer dan cepat membuat kita mudah membandingkan diri dengan orang lain. Kita melihat pencapaian orang lain, gaya hidup mereka, atau keberhasilan yang tampak sempurna. Tanpa sadar, kita mulai merasa kekurangan dan lupa bersyukur. Padahal, dalam Islam, membandingkan diri secara negatif justru bisa merusak hati dan menjauhkan kita dari rasa qana’ah (rasa cukup).
Allah mengingatkan kita untuk melihat ke bawah dalam urusan dunia, dan melihat ke atas dalam urusan akhirat. Maka, jangan sibuk menengok hidup orang lain, tapi bukalah mata untuk melihat betapa banyak nikmat yang telah Allah berikan.
1. Bahaya Membandingkan Diri Terus-Menerus
- Membunuh rasa syukur
Ketika kita terus-menerus membandingkan diri, kita tidak lagi melihat apa yang kita punya. Kita hanya fokus pada apa yang tidak kita miliki.
"Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur." (QS. Saba: 13)
- Menumbuhkan iri dan dengki
Iri hati membuat hati sempit. Dengki bahkan bisa membuat seseorang berharap keburukan menimpa orang lain — ini adalah penyakit hati yang sangat dikecam dalam Islam.
- Merusak hubungan sosial
Orang yang suka membandingkan diri cenderung tidak tulus saat melihat kesuksesan orang lain. Bisa jadi hubungan yang baik rusak karena hati yang tak lagi bersih.
2. Lihat Nikmat yang Ada, Sekecil Apa Pun
- Nikmat bukan hanya harta
Kesehatan, keluarga yang mencintai, kemampuan berpikir, hingga waktu luang — semua adalah nikmat yang sering kita abaikan.
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.”
(QS. Ibrahim: 34)
- Lakukan muhasabah nikmat harian
Setiap malam, coba catat 3 hal yang membuatmu bersyukur hari itu. Ini akan melatih otak dan hati untuk selalu melihat sisi baik dari kehidupan.
- Belajar dari orang yang diuji
Lihatlah saudara-saudara kita yang kehilangan, sakit, atau hidup dalam kesulitan. Maka kita akan menyadari betapa banyak karunia yang telah Allah titipkan tanpa kita sadari.
3. Islam Mengajarkan Qana’ah dan Tawakal
- Qana’ah: merasa cukup dengan yang Allah beri
Rasulullah SAW bersabda:
“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya merasa cukup dengan apa yang diberikan.” (HR. Muslim)
Qana’ah bukan berarti pasrah, tapi tidak tamak dan tidak silau.
- Tawakal: menyerahkan hasil kepada Allah
Kita boleh berusaha sebaik-baiknya, tapi hasilnya kita serahkan kepada Allah. Orang yang tawakal tidak iri saat orang lain berhasil, karena ia yakin setiap orang punya takdir dan rezeki masing-masing.
4. Fokus pada Proses, Bukan Perbandingan
- Setiap orang punya fase hidup berbeda
Ada yang sukses di usia muda, ada yang bersinar setelah berkali-kali gagal. Membandingkan pencapaian hanya akan membuatmu kehilangan rasa damai.
- Bangun diri dari dalam, bukan dari standar luar
Alih-alih bertanya “Mengapa aku belum seperti dia?”, ubah pertanyaan menjadi “Bagaimana aku bisa lebih baik dari diriku kemarin?”
5. Jadikan Orang Lain Sebagai Inspirasi, Bukan Kompetitor
- Ambil pelajaran, bukan perasaan
Saat melihat orang lain sukses, jadikan itu inspirasi: pelajari prosesnya, etos kerjanya, dan bagaimana ia bertahan. Jangan jadikan itu sebagai bahan merendahkan diri.
- Doakan kebaikan, agar hatimu bersih
Ketika kamu mendoakan saudaramu dalam kebaikan, malaikat pun akan mendoakan yang sama untukmu (HR. Muslim). Maka, jangan iri, tapi doakan.
Syukur Membuka Pintu Rezeki dan Hati yang Lapang
Membandingkan diri hanya membuat hati gelisah dan langkah menjadi berat. Sebaliknya, ketika kita belajar melihat nikmat yang ada, kita akan lebih damai, fokus, dan tenang dalam menjalani hidup.
Syukur akan mengundang lebih banyak nikmat. Sedangkan keluh kesah hanya akan menguras tenaga.
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu.”
(QS. Ibrahim: 7)
Maka berhentilah membandingkan, dan mulailah menghitung berkah.